Jejak Pembantaian Westerling di Sulawesi

Pembantaian yang dilakukan oleh westerling di sulawesi
Sedang asyik2nya menonton siaran sepak bola karena yang akanberlaga pada saat itu adalah Negara belanda pilihanku. Nah ketika aku bersorak meneriakkan kata Belanda,belanda,belanda…. Salah seorang orang tua yang menegur dengan berceloteh, eh ingatt mereka adalah cucu2 dari penjajah kita yang dulu, aku menyaksikan dari raut wajahnya dengan tatapan yang serius.
Ketika kita lihat dari apa yang terjadi dengan kejadian diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa trauma akan perang dunia juga berdampak dengan kekek nenek kita yang sempat terlibat dengan perang yang terjadi di Indonesia dimasa lampau, salah satunya adalah pembantaian yang dilakukan di Sulawesi selatan oleh tentara belanda yaitu Letnan Raymond paul pierre Westerling,
Pada tanggal 5 desember , 123 Depot Special Troops (DST), sebuah unit komando untuk misikhusus, tiba dimakassar. Komandannya adalah Letnan Raymond Paul Pierre Westerling. Dalam autobiografinya, Challenger to terror (1953) westerling menyebut “aku dikejutkan dengan kedatanganku di Makassar. Aku diserahi pangkat sebagai kapten. Aku 27 tahun kapten muda dalam tentara belanda.”
pasukan itu tidak langsung beraksi. Namun beberapa hari setelah tiba, mereka sempat mengumpulkan data intelijen.  pada 10 desember 1946, nah bergeraklah pasukan itu menyusuri  jalan kearah maros menuju sebuah kampung bernama batua.
Karena menurut westerling, persinggahan wolter mongosidi dan Ali Malaka, pemimpin penting dalam perlawanan berada dikampung itu. Warga dari kampung sekitar yakni borong, parang, patunuang, dan baray juga dibariskan di lapangan rumput.  Westerling mencari para pendukung kemerdekaan yang melawan belanda. Ia menanyakan siapa saja yang ikut wolter mongosidi memberontak, dihadapan penduduk mereka yang dicurigai dan dituduh, ditembak mati di tempat.
 
Banyak dari para pria dan pemuda diminta mengakui keterlibatan mereka dalam perlawanan terhadap belanda. didepan keluarga, mereka disiksa sebelum akhirnya ditembak mati. Rumah-rumah dibakar dan diledakkan dengan granat. Kata westerling “engkau sekalian, sekarang sudah lihat apa yg akan terjadi jika mendukung para teroris dan pengacau” ancaman westerling kepada mereka yang masih hidup.
Pembantaian di Galung Lombok
Pembantaian  terhadap rakyat sipil juga terjadi di Suawesi Barat Galung Lombok, kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu dari dua pembantaian di Dunia. Saat itu pasukan Westerling menyisir wilayah majene dan Polman, mengumpulkan dan menembaki rakyat sipil di daerah Galung Lombok, kecamatan tinambung polman. Rakyat Mandar kala itu ditembaki secara membabi buta dengan tangan terbelenggu. Tragedi ini termasuk pembantaian paling kejam sedunia “Kerumunan orang diperintahkan ditembak tanpa sasaran yang jelas”, kata ketua komite utang kehormatan belanda, Batara Hutagalung.  
 Siapa Itu Westerling?
 
Namanya adalah, Raymond Pierre Paul Westerling, kelahiran Istanbul kesultanan Utsmaniyah 31 Agustus 1919, meninggal di Pumerend Belanda, 26 November 1987 pada umur 68 tahun.  Westerling, lahir Sebagai anak kedua dari Paul Westerling (Belanda) dan Sophia Moutzou (Yunani). Westerling, yang dijuluki  “Si Turki” karena lahir di Stanbul, mendapat pelatihan khusus di Skotlandia. Dia masuk dinas militer pada 26 Agustus 1941 di Kanada. Pada 27 Desember  1941 dia tiba di inggris dan bekerja di brigade Princes Irene di Wolverhampton, tidak jauh brimighan. Westerling termasuk 48 orang belanda sebagai angkatan pertama  yang memperoleh latihan khusus di Commando Basic Training Centre di Achnacarry. Westeterling melewati pelatihan yang sangat keras dan berat, mereka dipersiapkan dan dibuat untuk menjadi komandan pasukan belanda di Indonesia.
 Seorang instruktur inggris sendiri menyebut  pelatihan ini sebagai “It’s hell on earth” (Neraka di dunia) dan pelatihan ekstrim lainnya. 15 desember sersan westerling berangkat ke india bertugas dibawah laksamana madya mountbatten Panglima south east Asia Command (Komando Asia Tenggara). Mereka tiba di india pada 15 januari 1944 dan ditaruh di kedragon, 60 kilo meter dari utara kota poona.
 
Pada 20 Juli 1946 westerling ditinggalkan, dibuat menjadi komandan pasukan khusus, Depot Speciale Troepen atau Depot Pasukan Khusus. Awalnya penunjukkan westerling memimpin DST ini hanya sementara sampai diperoleh komandan yang lebih tepat. Namun dia sukses meningkatkan kualitas pasukan menjelang penugasan ke Sulawesi Selatan, dan setelah berhasil  menumpas perlawanan pendukung republic disulawesi selatan, dia diangkat sebagai pahlawan dinegaranya.
Konspirasi Belanda Menyelamatkan Westerling

Usai Pembantaian yang dilakukan oleh Westerling, ia bersembunyi di Jakarta dan mendatangkan istri dan anak-anaknya ke Jakarta.  Dia selalu berpindah-pindah tempat, selang lain di kebon sirih 62A, pada keluarga denijs. Pada 8 februari 1950 istri westerling menemui mayor jenderal van langen, tentang siyuasi yang dihadapi oleh suaminya. Hari itu juga van langen menghubungi jend. Dirk Cornelis Buurman Van Vreeden, sekretaris kabinet Negara yang juga sedang dijakarta. Pokok pembicaraan adalah tentang penyelamatan Westerling yang dimata banyak orang belanda adalah seorang pahlawan yang dipertimbangkan selang lain untuk membawa westerling ke Papua.

­­­­­­­­Penangkapan Westerling
Setelah sekian lama melakukan pelarian dan menjadi buronan akhirnya pada 24 Februari, kantor berita perancis Agence France presse memberitakan bahwa westerling telah dibawa oleh militer belanda dengan pesawat catalina dari MLD ke singapura. Setelah itu pemberitaan tentang pelarian westerling ke singapura muncul dimajalah mingguan Amerika.
Pada 26 februari 1950 ditempat Chia Piet Kay, Westerling digrebeg dan ditangkap oleh polisi inggris dan dijebloskan kepenjara Changi.
Namun pada 17 Desember 1954, westerling dipanggil menghadap pejabat kehakiman di Amsterdam di mana disampaikan kepadanya, bahwa pemeriksaan telah habis dan tidak terdapat alasan untuk pengusutan lebih lanjut, pada 4 januari 1955 Westerling menerima pernyataan tersebut secara tertulis. Westerling menghasbiskan waktunya dengan menuslis 2 buah buku yaitu, otobiografinya Memories yang terbit tahun 1952, dan De Enling  yang terbit tahun 1982. Hingga westerling meninggal dengan tenang tahun 1987
Raja Belanda Minta Maaf
Pada 12 September 2013, Pemerintah Belanda melalui Duta Besarnya di Jakarta, Tjeerd de Zwaan, menyampaikan permintaan maafnya kepada seluruh korban pembantaian.

“Atas nama Pemerintah Belanda saya meminta maaf atas kejadian-kejadian ini. Hari ini saya juga meminta maaf kepada para janda dari Bulukumba, Pinrang, Polewali Mandar dan Parepare,” kata Tjeerd de Zwaan.

Selain itu, Pemerintah Belanda juga memberikan kompensasi kepada 10 janda yang suaminya menjadi korban pembantaian tersebut masing-masing sebesar 20 ribu Euro atau Rp 301 juta.
Namun, apapun kilah Belanda yang mengatakan jumlah korban tewas hanya tiga hingga empat ribuan jiwa, tetapi bagi kami rakyat Sulawesi Selatan meninggalkan luka dan kesedihan tiada tara sampai saat ini
 
 
Sumber : Berbagai Sumber
|Penulis :Asri                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      
 
  

Posting Komentar

0 Komentar