Dari waktu ke waktu, Indonesia memiliki pemimpin aktivis di setiap era. Dari orde lama ke orde baru. Nama yang cukup terpandang di jajaran adalah Soe Hok Gie, aktivis keturunan Tionghoa yang kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1962-1969.
Soe hok gie dan kawan-kawannya |
Gie bersekolah di Kanisius College High School dan melanjutkan studinya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Selama masa studinya, Gie menjadi mahasiswa yang kritis, melontarkan kritik tajam baik terhadap pemerintahan Orde Lama maupun Orde Baru. Tak hanya itu, ia kerap mengkritisi teman-teman Seangkatannya yang pada saat itu telah menduduki kursi Parlemen.
“Kalau mau terjun ke politik, ikut partai politik dan jangan pakai nama mahasiswa,” kata Gie dalam artikel berjudul “Tiga Tahun Kemudian” yang termasuk dalam kumpulan tulisannya yang berjudul “Era Transisi” Marah, ia pun mengirimkan satu set perlengkapan grooming kepada teman-temannya yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPRGR) Gotong Royong.
| Demo Mahasiswa 1996 |
Gie mengirim pesan sarkastik kepada teman-temannya untuk membuat "perwakilan mahasiswa yang pantang menyerah dan tidak kenal kompromi" itu terlihat semakin cantik di depan pihak berwenang.
Tidak hanya kritik terhadap situasi politik di Indonesia pada masa orde lama yang menyebar ke kampus. Gie juga mengkritik sistem pemerintahan Orde Baru selama pembantaian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Hal ini juga tertuang dalam kegelisahan Gie, yang menulis dan menjadi buku catatan para demonstran dan masa transisi. Menanggapi hal itu, peneliti Cornell University dan temannya Ben Anderson mengungkapkan bahwa Soe Hok Gie juga mengkritik para intelektual Indonesia yang bungkam tentang pembantaian yang terjadi saat itu.
|Zhen
Sumber : Berbagai sumber
-Catata Seorang Demonstran
1 Komentar
Ok
BalasHapusTerimakasi Atas Partisipasinya Kawan